Kamis, 05 April 2012

Writting

 Aku meneguk kopi yang aku buat lalu meletakkannya diatas meja, mengambil sebatang rokok lalu menghisapnya dalam-dalam. Kembali aku pandangi layar laptopku yang putih kosong. Entah mengapa hari ini aku tidak tau apa yang harus aku tulis. Ide demi ide bermunculan, namun tak satu katapun dapat aku ungkapkan. Ini tidak seperti biasanya, disaat secangkir kopi dan asap rokok sudah menemani aku akan dengan mudah membuat satu cerita. Namun kini itu tidak terjadi. Otak ku sedang bekerja keras merangkai kata demi kata yang berterbangan di angan-angan. Ketika aku berhasil merangkainya, sedetik kemudian disaat jari jemari ku menyetuh keyboard, kalimat itu hilang. Kata-kata yang susah payah aku rangkai kembali berterbangan, seolah mengejekku "KAU PAYAH KAU PAYAH..."
 Aku menyenderkan tubuhku ke sofa, sempat merasa putus asa dan berfikir  untuk mematikan laptopku lalu pergi tidur. Tapi itu tidak aku lakukan. Aku kembali menghisap rokok sambil memandangi layar laptopku.
 'Ada apa ini? Kenapa membuat satu katapun aku tidak sanggup' Gumamku dalam hati.
 Tak lama aku dengar suara gemiricik air hujan dari atapku. Aku menoleh kearah jendela, dan aku mendapati hujan sedang membasahi jendela-jendela rumahku. Aku tersenyum lebar sambil mematikan bara rokok ke asbak. Kembali aku meletakkan jari jemariku diatas keyboard. Berharap hujan kali ini memberikan sedikit pencerahan. Dan ya... akhirnya jari jemariku berhasil menekan satu demi satu huruf yang tertera di keyboard.
     "HUJAN..... Tak banyak orang menyukaimu, begitu pula Aku. Kau selalu mengacaukan rencanaku, membuat pakaian ku basah dan kotor, membuat daya tahan tubuhku menurun disaat aku harus berlari menerjangmu, itulah sebabnya aku membencimu. Tapi aku tidak membenci suaramu, suara yang begitu merdu tanpa iringan suara gemuruh, memberikanku inspirasi untuk menulis disaat aku tidak dapat menemukan kata demi kata untuk ditulis. Suaramu membuat suasana hatiku nyaman, sehingga hati dan otakku dapat bekerja sama merangkai kata kata yang sedari tadi berterbangan entah kemana. Lagu demi lagu yang terlantun belum lengkap tanpa suaramu untuk memberikanku inspirasi. Bagaimanapun aku membencimu, aku tidak pernah membenci suara merdumu. Karena suaramu lah yang membuat jari jemariku bergerak diatas keyboard dan merangkai kata demi kata........................"
  Aku masih tersenyum sambil terus menggerakkan jemariku. Kertas putih microsoft word yang sedari tadi aku pandangi, kini telah terisi oleh beberapa coretan-coretan hitam. Harus aku yakini, untuk menulis bukan hanya membutuhkan otak untuk berfikir, namun ketenangan hati sangat diperlukan untuk dapat membantu kinerja otak. :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar