Blog Saya
Amateur Blogger
Kamis, 21 Januari 2016
365 hari lalu
Rindu terberat
Kenangan yang teringat
Terlalu ramai
Terlalu menyenangkan
Terlalu indah
Terlalu menyedihkan
Rindu membuat kenangan berlari-lari
Berlari mengelilingi
Mengelilingi seluruh pikiran dan hati
Terlalu ramai
Terlalu menyenangkan
Terlalu indah
Terlalu menyedihkan
"Apa saja?"
"Terlalu ramai untuk aku sebutkan."
"Sebagian saja! Hal apa yang membuat rindu itu datang?"
"
-obrolan ringan diruang tamu
- ciuman tipis di pipi kanan-kiri, kening, dan bibir
- manjaku padanya
- kemarahannya
- semua pemberiannya
- ampas kopinya
- kacamatanya
- kumisnya
- suaranya untuk membangunkanku dipagi buta
- sarapan bersama
- bincang singkat di perjalanan pada pagi hari
- menunggunya pulang kerja
- membukakan sepatu dan kaus kakinya
-suara balap motor di televisi yang kita tonton bersama
- sampai pada pertemuan singkat diam-diam di ujung jalan pada beberapa malam
"
Serindu itu aku....
Rindu saja
Karena untuk mendapat mereka kembali adalah mustahil
Serindu itu,
Pada semua hal yang kita lalui bersama
Sekarang apa?
Rinduku hanya cukup sebatas doa
Doa dan air mata
Air mata dan satu kata
Maaf,
Maaf belum bisa menjadi seseorang yang membanggakanmu
Sampai waktu itu tiba
Waktu dimana aku merasakan hal itu lagi
Lagi Untuk kedua kali
Kali ini lebih berat
Berat untuk menerima
Tapi hati ini terlatih
Terlatih untuk cukup mengerti dan menerima
Kali ini hati ini lebih mengerti
Mengerti bagaimana
Bagaimana cara untuk menerima
Menerima kehilangan sekali lagi
Selamat jalan, Papa
Entah kata apa lagi untuk mengenang kepergianmu
365 hari lalu
Tenang selalu Papa,
Rindu ini akan selalu menghasilkan doa
Semoga rindu ini selalu ada
Sehingga doa akan selalu terkirim padamu
Tenang selalu Papa,
Rindu ini akan selalu menjadi pengingat
Sehingga aku selalu berusaha untuk menjadi apa yang selama ini Kau harapkan
Semoga :)
Selasa, 20 Januari 2015
Tentang Lagu
Maudy Ayunda - Tahu Diri
Maliq & d'Essential - Penasaran
Soulvibe - Biarlah (Hapuslah Cinta)
Ipang - Ada yang Hilang
Kerispatih - Mengenangmu
Glenn Fredly - Tersimpan
Glenn Fredly - Kisah yang Salah
Maroon 5 - Payphone
Coldplay - Ink
Jojo - get out (leave)
Tulus - Sepatu
Justin timberlake - Holy Grail
Sam Smith - I'm Not The Only One
Brian McKnight - One Last Cry
Ed sheeran - All of Stars
......
Diatas itu adalah lagu - lagu yang saya sukai berdasarkan cerita dalam lagunya. Sebenarnya masih terlalu banyak lagu yang saya suka dan cukup menaruh bekas di pikiran saya ketika mendengarnya. Tapi yang terlintas di pikiran saya ketika menulis ini adalah lagu - lagu tersebut. Mungkin ketika saya baca ulang saya baru teringat dengan beberapa lagu yang lebih berbekas dan saya akan segera ingin mengedit tulisan ini, yang ada satu laman ini akan penuh dengan judul lagu dan penyanyi yang saya suka saja.
Entah lagu - lagu diatas itu yang terlalu melow atau memang saya yang terlalu sedih sehingga terlalu mudah terbawa dengan lirik - liriknya. Tapi memang ketika saya mendengarkan suatu lagu yang menurut saya sesuai dengan keadaan hati saya, saya akan mengulanginya beberapa kali sambil memflashback kejadian yang serupa dengan liriknya. Terlalu melow saya memang. Benar kata meme - meme yang sedang hits di dunia maya bahwa 'ada curcol dibalik is listening to' . Saya tidak menyangkal kalau saya juga seperti itu. Kadang mau kode ke orang tapi orang nya gak liat, lucu memang.
Tapi saya bukan hanya penikmat lagu - lagu melow, saya menikmati beberapa jenis musik karena menurut saya musik dapat mengendalikan emosi kita. Tapi entah mengapa lagu - lagu melow ini memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mengendalikan emosi saya. Kadang saat saya tidak sedang memikirkan hal - hal sedih, saya akan kembali teringat dan terbawa dengan lagu yang saya dengarkan ini. Lirik yang indah dan musik merdu yanh bersatu dalam balutan sebuah lagu dapat melahirkan sihir yang hebat untuk mengendalikan suatu emosi sesorang. Hebat.
Bagaimana bisa kita tidak mendengarkan lagu dalam sehari?
Dari radio di mobil ketika kita berangkat ke kantor atau melakukan aktivitas, lewat pengamen jalanan ketika kita makan di pinggir jalan, juga dari penyanyi cafe ketika kita sedang kumpul bersama teman - teman di suatu cafe. Begitu banyak musik di sekeliling kita, begitu banyak lagu yang kita dengar dalam sehari. Bagaimana bisa kita merasa kesepian?
Maliq & d'Essential - Penasaran
Soulvibe - Biarlah (Hapuslah Cinta)
Ipang - Ada yang Hilang
Kerispatih - Mengenangmu
Glenn Fredly - Tersimpan
Glenn Fredly - Kisah yang Salah
Maroon 5 - Payphone
Coldplay - Ink
Jojo - get out (leave)
Tulus - Sepatu
Justin timberlake - Holy Grail
Sam Smith - I'm Not The Only One
Brian McKnight - One Last Cry
Ed sheeran - All of Stars
......
Diatas itu adalah lagu - lagu yang saya sukai berdasarkan cerita dalam lagunya. Sebenarnya masih terlalu banyak lagu yang saya suka dan cukup menaruh bekas di pikiran saya ketika mendengarnya. Tapi yang terlintas di pikiran saya ketika menulis ini adalah lagu - lagu tersebut. Mungkin ketika saya baca ulang saya baru teringat dengan beberapa lagu yang lebih berbekas dan saya akan segera ingin mengedit tulisan ini, yang ada satu laman ini akan penuh dengan judul lagu dan penyanyi yang saya suka saja.
Entah lagu - lagu diatas itu yang terlalu melow atau memang saya yang terlalu sedih sehingga terlalu mudah terbawa dengan lirik - liriknya. Tapi memang ketika saya mendengarkan suatu lagu yang menurut saya sesuai dengan keadaan hati saya, saya akan mengulanginya beberapa kali sambil memflashback kejadian yang serupa dengan liriknya. Terlalu melow saya memang. Benar kata meme - meme yang sedang hits di dunia maya bahwa 'ada curcol dibalik is listening to' . Saya tidak menyangkal kalau saya juga seperti itu. Kadang mau kode ke orang tapi orang nya gak liat, lucu memang.
Tapi saya bukan hanya penikmat lagu - lagu melow, saya menikmati beberapa jenis musik karena menurut saya musik dapat mengendalikan emosi kita. Tapi entah mengapa lagu - lagu melow ini memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mengendalikan emosi saya. Kadang saat saya tidak sedang memikirkan hal - hal sedih, saya akan kembali teringat dan terbawa dengan lagu yang saya dengarkan ini. Lirik yang indah dan musik merdu yanh bersatu dalam balutan sebuah lagu dapat melahirkan sihir yang hebat untuk mengendalikan suatu emosi sesorang. Hebat.
Bagaimana bisa kita tidak mendengarkan lagu dalam sehari?
Dari radio di mobil ketika kita berangkat ke kantor atau melakukan aktivitas, lewat pengamen jalanan ketika kita makan di pinggir jalan, juga dari penyanyi cafe ketika kita sedang kumpul bersama teman - teman di suatu cafe. Begitu banyak musik di sekeliling kita, begitu banyak lagu yang kita dengar dalam sehari. Bagaimana bisa kita merasa kesepian?
Kadang Mereka Pergi Bukan Karena Mereka Ingin
Apa yang kalian pikirkan ketika beberapa orang dalam hidup kalian pergi begitu saja dan mungkin tidak kembali untuk berada di lingkungan yang berbeda?
Apa yang kalian rasakan ketika kalian punya beberapa kelompok untuk bermain tapi semuanya saling menjelekkan ?
Disini saya akan menulis sebagai 2 sisi yang berbeda.
Sisi yang ditinggalkan
Dan sisi yang meninggalkan
Kadang kita tidak pernah tau apa alasan mereka yang pergi dan tidak kembali, seolah tidak pernah terjadi koneksi yang erat ketika bertemu kembali. Beberapa dari kita akan mengatakan 'si dia' itu sombong, 'dia' udah ketemu temen baru, 'dia' udah nemuin lingkungan baru, 'dia' bosen main sama kita. Begitu banyak kemungkinan yang menjelekkan mereka. Mereka yang pergi, mereka yang disalahkan. Begitu banyak kemungkinan jelek dari kita untuk mereka tanpa kita 'mau' menanyakan alasan mereka pergi. Mungkin ada hal yang memaksa mereka untuk pergi. Kenapa tidak pernah ada kemungkinan - kemungkinan yang baik tentang mereka?
Hukum Sosiologi, Manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus saling berinteraksi antar individu lain.
Bukannya bagus jika kita menjalin hubungan baik dengan semua orang? Ketika diri kita begitu terikat dengan semua orang, akan sangat menyedihkan ketika kita tau kita akan kehilangan mereka, bukan? Bagaimana kita tetap menjalin hubungan baik dengan orang - orang di beberapa lingkungan yang berbeda, tapi dari lingkungan tersebut justru malah saling menjelekkan karena berbeda prinsip?
Bukankah prinsip hidup milik masing - masing individu? Kenapa harus saling mengomentari ketika hidup kita saja belum begitu baik? Kenapa harus saling menghakimi ketika kita saja tidak mau dihakimi?
Mereka bukan saling mengomentari secara langsung, mereka mengomentari lewat kita yang secara kebetulan berada di dalam mereka. Apa yang akan kalian lakukan ketika kalian pergi ke kelompok A dan mereka mengejek kalian tentang kelompok B karena suatu perbedaan yang mereka tidak sukai? Apa kalian akan pergi? Bagaimana jika mereka justru makin menganggap kalian sama jeleknya dengan kelompok B karena pergi meninggalkan mereka?
Disinilah dimana kita berada dalam 2 posisi yang membingungkan. Kita tidak mau kehilangan beberapa teman, tapi kita tidak bisa berada dalam suatu tempat yang tidak membuat kita nyaman. Ketika kita pergi, mereka tidak mau tau alasan kita sebenarnya. Larena bagaimanapun kita sudah menjelaskan ketidaknyamanan kita, mereka tetap menganggap mereka di sisi yang benar. Pernah dengar teori ' dimana yang besar akan lebih kuat dibanding yang kecil'. Disinilah mereka tidak merasa rugi jika kita pergi karena kesalahan mereka. Yang akan mereka katakan adalah ' kita pergi ' bukan ' kita tidak nyaman ' karena mereka merasa prinsip mereka benar.
Jadi, kadang beberapa orang pergi itu bukan karena mereka memang ingin pergi dengan sesuatu yang lebih asik, melainkan lingkungan mereka yang membuat mereka terpaksa harus pergi.
Apa yang kalian rasakan ketika kalian punya beberapa kelompok untuk bermain tapi semuanya saling menjelekkan ?
Disini saya akan menulis sebagai 2 sisi yang berbeda.
Sisi yang ditinggalkan
Dan sisi yang meninggalkan
Kadang kita tidak pernah tau apa alasan mereka yang pergi dan tidak kembali, seolah tidak pernah terjadi koneksi yang erat ketika bertemu kembali. Beberapa dari kita akan mengatakan 'si dia' itu sombong, 'dia' udah ketemu temen baru, 'dia' udah nemuin lingkungan baru, 'dia' bosen main sama kita. Begitu banyak kemungkinan yang menjelekkan mereka. Mereka yang pergi, mereka yang disalahkan. Begitu banyak kemungkinan jelek dari kita untuk mereka tanpa kita 'mau' menanyakan alasan mereka pergi. Mungkin ada hal yang memaksa mereka untuk pergi. Kenapa tidak pernah ada kemungkinan - kemungkinan yang baik tentang mereka?
Hukum Sosiologi, Manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus saling berinteraksi antar individu lain.
Bukannya bagus jika kita menjalin hubungan baik dengan semua orang? Ketika diri kita begitu terikat dengan semua orang, akan sangat menyedihkan ketika kita tau kita akan kehilangan mereka, bukan? Bagaimana kita tetap menjalin hubungan baik dengan orang - orang di beberapa lingkungan yang berbeda, tapi dari lingkungan tersebut justru malah saling menjelekkan karena berbeda prinsip?
Bukankah prinsip hidup milik masing - masing individu? Kenapa harus saling mengomentari ketika hidup kita saja belum begitu baik? Kenapa harus saling menghakimi ketika kita saja tidak mau dihakimi?
Mereka bukan saling mengomentari secara langsung, mereka mengomentari lewat kita yang secara kebetulan berada di dalam mereka. Apa yang akan kalian lakukan ketika kalian pergi ke kelompok A dan mereka mengejek kalian tentang kelompok B karena suatu perbedaan yang mereka tidak sukai? Apa kalian akan pergi? Bagaimana jika mereka justru makin menganggap kalian sama jeleknya dengan kelompok B karena pergi meninggalkan mereka?
Disinilah dimana kita berada dalam 2 posisi yang membingungkan. Kita tidak mau kehilangan beberapa teman, tapi kita tidak bisa berada dalam suatu tempat yang tidak membuat kita nyaman. Ketika kita pergi, mereka tidak mau tau alasan kita sebenarnya. Larena bagaimanapun kita sudah menjelaskan ketidaknyamanan kita, mereka tetap menganggap mereka di sisi yang benar. Pernah dengar teori ' dimana yang besar akan lebih kuat dibanding yang kecil'. Disinilah mereka tidak merasa rugi jika kita pergi karena kesalahan mereka. Yang akan mereka katakan adalah ' kita pergi ' bukan ' kita tidak nyaman ' karena mereka merasa prinsip mereka benar.
Jadi, kadang beberapa orang pergi itu bukan karena mereka memang ingin pergi dengan sesuatu yang lebih asik, melainkan lingkungan mereka yang membuat mereka terpaksa harus pergi.
Sabtu, 27 Juli 2013
Dialog dini hari
Bisa apa selain menangis? Ya, aku yang memang lemah kini hanya bersandar di tempat tidurku sambil menenggelamkan kepalaku kedalam bantal. Perbincangan pagi ini terlalu melewati keberanianku. Entah harus bahagia karena merasa lega atau menangis seperti yang aku lakukan saat ini karena kehilangan. Kehilangan sesuatu yang sekalipun tidak pernah aku miliki.
"Ini bukan suatu kompetisi, dimana harus ada yang menang dan kalah. Hati juga bukan sesuatu yang harus diperebutkan." Ucapnya sedikit kecewa karena sebuah kalimat yang aku update ke social media sehari sebelumnya. Jadi perlu satu hari untuknya membaca tulisanku dan membahasnya? Gumamku dalam hati ikut kecewa. Padahal aku berharap dia membahas tepat disaat aku menulisnya. Tulisan bahwa aku menyerah menanti setelah melihat dan menyadari lelaki ini terlalu egois untuk memiliki dua hati. Menginginkanku disaat dia masih ingin bersama perempuan lainnya yg juga menantinya.
"Tapi hati itu juga bukan sesuatu yg harus dibagi-bagi ke beberapa orang dan membuat seorang lainnya menunggu" jawabku.
"Hanya sampai aku yakin hati ini tidak lagi terbagi, disaat itu ini semua milikmu"
"Sampai kapan? Sampai aku jenuh? Sampai aku sadar aku hanyalah pilihan terakhirmu? Maaf. Hati ini juga tidak disiapkan untuk menunggu terlalu lama. Tidak setelah beberapa kali menunggu hal yang tidak pernah datang. Kau pikir ini kali pertama permintaanmu?" Aku terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Tidak, bukan hanya kali ini aku menunggu. Dan ini kali terakhirku mengiyakan permintaanmu tempo hari, sebelum aku sadar aku sudah terlalu lelah. Sampai aku sadar bahwa hatimu itu tidak akan pernah hadir dalam hatiku." Ucapanku kini membuatnya terdiam memandangku. Terlalu berani bagiku mengungkapkan semuanya. Biasanya aku akan terbuai dalam untaian kata cinta yang entah hanya rangkaian kata atau tulus pernyataan cinta. Tapi tidak kali ini, setelah aku sadar bahwa laki-laki yang aku cintai, yang saat ini duduk terdiam disampingku, terlalu mencintai perempuan lain yang membuatnya harus memilih.
"Aku mencintaimu." Katanya pelan dan halus.
"Aku tau. Kau sudah mengatakannya beberapa kali setiap kau memintaku untuk menunggu. Aku pun begitu. Bahkan terlalu mencintaimu sampai rela tenggelam dalam rasa cemburu tiap kau bersamanya. Namun apa dayaku? Bisa apa aku? Diam lagi. Menunggu lagi. Sampai kau pergi dan aku sendiri. Lalu sekian lama kau hadir lagi. Membawakan sejuta kenangan yang aku sedang coba lupakan. Tapi kau tidak pernah benar-benar hadir, bukan? Hanya singgah dan memberiku berjuta harapan dan pertanyaan. Aku lelah. Disinilah aku berhenti. Aku tidak bisa lagi membiarkanmu berpikir bahwa cinta ini rela menunggu sampai mati. Tidak. Aku pergi. Tidak peduli rasa sakit seperti apa yang akan aku rasakan nanti, setidaknya aku tau itu tidak akan lebih sakit dari rasa sakit karna menunggu sesuatu yang tidak pernah hadir. Entah apa yang aku takutkan selama ini. Aku terlalu takut kehilangan sesuatu yang bahkan tidak pernah sekalipun aku miliki." Kali ini aku tidak kuat menahan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi. Aku tidak peduli betapa rendahnya hatiku saat ini. Aku tidak peduli apa yang dia pikirkan saat ini melihatku menangis karna mengungkapkan semua beban dalam hati. Yang pasti aku tidak akan lagi membiarkan berpikir aku masih akan menunggunya. Tidak lagi. Aku memang mencintainya, tapi bukan begini caranya.
Setelah melihatku makin kacau dengan air mataku, ia mencoba menenangkanku dalam pelukannya. Tenang, namun kejam. Sebuah pelukan hangat yang membuatku hanya akan semakin berharap. Sesaat aku melepaskan pelukan dan menghapus air mataku. Mencoba mengatur kembali suara dan nafasku. Membahas kembali sesuatu yang harus segera diselesaikan.
"Jadi kita sampai sini?" Katanya sambil menghisap rokok lalu meniupkan asapnya ke udara.
"Sampai? Berjalan satu langkah pun belum. Karna itu sebelum menapak pada kesalahan ada baiknya kita tidak kemana-mana. Karna kita memang tidak akan pernah bisa kemana-mana, bukan?" Jawabku tenang sambil tersenyum kepadanya. Menahan tetesan air yang siap keluar dari mataku. Dia hanya diam kali ini. Terus memainkan sebatang rokok ditangannya tanpa menoleh kearahku. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana jika dia menolak keputusanku dan kembali memaksaku untuk menunggunya dengan segala kata-kata manis yang akan meluluhkan hatiku? Bagaimana jika keberanianku hanya sampai kata-kata yang aku keluarkan tadi? Bagaimana jika aku memang terlalu takut untuk melepasnya?
Tapi tidak. Kini ia mematikan rokoknya yang bahkan masih bisa diisap beberapa kali lagi, lalu berdiri dan pamit padaku. Pukul 3.30 pagi ternyata. Tidak terasa sejak pukul 2 pagi ia datang kerumahku dengan tiba-tiba tanpa memberitahuku sebelumnya. Aku sempat terkejut dan bingung apa yang harus aku lakukan saat mendapati dirinya didepan rumahku. Tapi kini, setelah melihat punggungnya memasuki mobil dan pergi jauh, ada perasaan lega juga sedih.
Airmataku berlarian keluar ketika aku mamasuki kamarku dan duduk diatas tempat tidurku. Tidak sepatah katapun yang keluar saat kaca mobilnya tertutup, hanya suara mesin mobil yang siap melaju. Aku menangis. Beginikah rasanya? Sampai sinikah semua penantianku berakhir? Pada kekosongan dan kehampaan semata? Haruskah aku bahagia karna tidak lagi harus menunggu? Atau bersedih karena menyadari kalau aku kini seorang diri? Benar-benar sendiri.
Aku memandang ponselku ketika aku terbangun siang ini. Tidak ada lagi pesan selamat pagi darinya yang kemarin sempat mengisi ponselku beberapa kali. Jadi dialog dini hari tadi benar-benar terjadi. Dan kini semuanya benar-benar selesai sampai disini. Sebelum kami sempat mencoba berjalan bersama menyusuri hari.
Jadi, selamat berpisah lagi, hati.
"Ini bukan suatu kompetisi, dimana harus ada yang menang dan kalah. Hati juga bukan sesuatu yang harus diperebutkan." Ucapnya sedikit kecewa karena sebuah kalimat yang aku update ke social media sehari sebelumnya. Jadi perlu satu hari untuknya membaca tulisanku dan membahasnya? Gumamku dalam hati ikut kecewa. Padahal aku berharap dia membahas tepat disaat aku menulisnya. Tulisan bahwa aku menyerah menanti setelah melihat dan menyadari lelaki ini terlalu egois untuk memiliki dua hati. Menginginkanku disaat dia masih ingin bersama perempuan lainnya yg juga menantinya.
"Tapi hati itu juga bukan sesuatu yg harus dibagi-bagi ke beberapa orang dan membuat seorang lainnya menunggu" jawabku.
"Hanya sampai aku yakin hati ini tidak lagi terbagi, disaat itu ini semua milikmu"
"Sampai kapan? Sampai aku jenuh? Sampai aku sadar aku hanyalah pilihan terakhirmu? Maaf. Hati ini juga tidak disiapkan untuk menunggu terlalu lama. Tidak setelah beberapa kali menunggu hal yang tidak pernah datang. Kau pikir ini kali pertama permintaanmu?" Aku terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Tidak, bukan hanya kali ini aku menunggu. Dan ini kali terakhirku mengiyakan permintaanmu tempo hari, sebelum aku sadar aku sudah terlalu lelah. Sampai aku sadar bahwa hatimu itu tidak akan pernah hadir dalam hatiku." Ucapanku kini membuatnya terdiam memandangku. Terlalu berani bagiku mengungkapkan semuanya. Biasanya aku akan terbuai dalam untaian kata cinta yang entah hanya rangkaian kata atau tulus pernyataan cinta. Tapi tidak kali ini, setelah aku sadar bahwa laki-laki yang aku cintai, yang saat ini duduk terdiam disampingku, terlalu mencintai perempuan lain yang membuatnya harus memilih.
"Aku mencintaimu." Katanya pelan dan halus.
"Aku tau. Kau sudah mengatakannya beberapa kali setiap kau memintaku untuk menunggu. Aku pun begitu. Bahkan terlalu mencintaimu sampai rela tenggelam dalam rasa cemburu tiap kau bersamanya. Namun apa dayaku? Bisa apa aku? Diam lagi. Menunggu lagi. Sampai kau pergi dan aku sendiri. Lalu sekian lama kau hadir lagi. Membawakan sejuta kenangan yang aku sedang coba lupakan. Tapi kau tidak pernah benar-benar hadir, bukan? Hanya singgah dan memberiku berjuta harapan dan pertanyaan. Aku lelah. Disinilah aku berhenti. Aku tidak bisa lagi membiarkanmu berpikir bahwa cinta ini rela menunggu sampai mati. Tidak. Aku pergi. Tidak peduli rasa sakit seperti apa yang akan aku rasakan nanti, setidaknya aku tau itu tidak akan lebih sakit dari rasa sakit karna menunggu sesuatu yang tidak pernah hadir. Entah apa yang aku takutkan selama ini. Aku terlalu takut kehilangan sesuatu yang bahkan tidak pernah sekalipun aku miliki." Kali ini aku tidak kuat menahan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi. Aku tidak peduli betapa rendahnya hatiku saat ini. Aku tidak peduli apa yang dia pikirkan saat ini melihatku menangis karna mengungkapkan semua beban dalam hati. Yang pasti aku tidak akan lagi membiarkan berpikir aku masih akan menunggunya. Tidak lagi. Aku memang mencintainya, tapi bukan begini caranya.
Setelah melihatku makin kacau dengan air mataku, ia mencoba menenangkanku dalam pelukannya. Tenang, namun kejam. Sebuah pelukan hangat yang membuatku hanya akan semakin berharap. Sesaat aku melepaskan pelukan dan menghapus air mataku. Mencoba mengatur kembali suara dan nafasku. Membahas kembali sesuatu yang harus segera diselesaikan.
"Jadi kita sampai sini?" Katanya sambil menghisap rokok lalu meniupkan asapnya ke udara.
"Sampai? Berjalan satu langkah pun belum. Karna itu sebelum menapak pada kesalahan ada baiknya kita tidak kemana-mana. Karna kita memang tidak akan pernah bisa kemana-mana, bukan?" Jawabku tenang sambil tersenyum kepadanya. Menahan tetesan air yang siap keluar dari mataku. Dia hanya diam kali ini. Terus memainkan sebatang rokok ditangannya tanpa menoleh kearahku. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana jika dia menolak keputusanku dan kembali memaksaku untuk menunggunya dengan segala kata-kata manis yang akan meluluhkan hatiku? Bagaimana jika keberanianku hanya sampai kata-kata yang aku keluarkan tadi? Bagaimana jika aku memang terlalu takut untuk melepasnya?
Tapi tidak. Kini ia mematikan rokoknya yang bahkan masih bisa diisap beberapa kali lagi, lalu berdiri dan pamit padaku. Pukul 3.30 pagi ternyata. Tidak terasa sejak pukul 2 pagi ia datang kerumahku dengan tiba-tiba tanpa memberitahuku sebelumnya. Aku sempat terkejut dan bingung apa yang harus aku lakukan saat mendapati dirinya didepan rumahku. Tapi kini, setelah melihat punggungnya memasuki mobil dan pergi jauh, ada perasaan lega juga sedih.
Airmataku berlarian keluar ketika aku mamasuki kamarku dan duduk diatas tempat tidurku. Tidak sepatah katapun yang keluar saat kaca mobilnya tertutup, hanya suara mesin mobil yang siap melaju. Aku menangis. Beginikah rasanya? Sampai sinikah semua penantianku berakhir? Pada kekosongan dan kehampaan semata? Haruskah aku bahagia karna tidak lagi harus menunggu? Atau bersedih karena menyadari kalau aku kini seorang diri? Benar-benar sendiri.
Aku memandang ponselku ketika aku terbangun siang ini. Tidak ada lagi pesan selamat pagi darinya yang kemarin sempat mengisi ponselku beberapa kali. Jadi dialog dini hari tadi benar-benar terjadi. Dan kini semuanya benar-benar selesai sampai disini. Sebelum kami sempat mencoba berjalan bersama menyusuri hari.
Jadi, selamat berpisah lagi, hati.
Sabtu, 25 Mei 2013
Untaian kata dengan dan tanpa makna
Awalnya hanya perbincangan biasa sampai seorang teman mulai membuat suasana menjadi luar biasa.
Bicara soal sebuah
bambu yang berdiri tegak menopang sang bulan&bintang yang terpampang dalam
rajutan benang yang teruntai menjadi sebuah kain putih tak bernyawa.
Bobby Yaser Harahap: Begitu lelahnya dia, dia
telah tertipu dengan ayunan-ayunan malam sang rembulan
Elsa aprilliya: Begitu setianya sang bambu
yang berdiri tegak menahan pasangan bulan&bintang yg terjebak dalam sehelai
kain..
Bobby Yaser Harahap: Karena rembulan hanya
datang dimalam hari dan tergantikan dengan sang mentari
Faisal Nugraha: Begitu setianya Tuhan
menemani hambanya yang selalu meminta pertolongan
Fauzan: Bintang dan bulan bersatu padu
terjerat dalam tenunan benang yang menyatu membentang terkibas-kibas angin
Bobby Yaser Harahap: Setianya dia menunggu,
menunggu bintang dan bulan itu untuk tercerai
Fauzan: Bintang itu pun berlari mengejar
bulan tanpa ia sadari tak punya kaki, tak bisa berlari
Faisal Nugraha: Seorang pemuda yang memegang
sebuah tiang karena kebingungan
Elsa aprilliya: Begitu kuasanya Tuhan menciptakan
makhluk yg dapat merangkai kata menjadi barisan kalimat yang menawan
Rivani Julyana Marie: Apakah para wanita yg
berdiri tegak mendampingi para pemuda itu, tau bahwa pemudanya ingin mencari 2
ekor kupu2 yg terbang dimalam hari
Bobby Yaser Harahap: Ayunan angin nan
sementara membuat sebatang bambu itu senantiasa berdiri tegang membelai sang
rembulan yang ditemanin bintang
Bobby Yaser Harahap: Betapa sang pencinta
mencintai umatnya yang senantiasa memujanya disaat matahari terbit dan rembulan
pun muncul
Fauzan: Bambu menopang gemerlap keindahan
bulan dan bintang, tanpa ia sadari tak secuilpun yang ia dapati, tapi tetap ia
berdiri tegak menusuk angin
Elsa aprilliya: Hembusan angin kencang yang
juga menggoyahkan sang bambu untuk menjatuhkan bulan&bintang, mencoba
merentankan kekuatan, memisahkan dua insan
Bobby Yaser Harahap: Bersoraklah burung camar
yang bergembira melihat bambu yang senantiasa menompang dua sejoli itu
Faisal Nugraha: Bersamamu aku kan selalu
bahagia,seperti bulan dan bintang yang selalu bersama tanpa kebosanan yang ada,
karena malam itu selalu membuat mereka bersama dan membuat mereka setia tanpa
ada halangan kecuali badai yang menghalangi jarak pandang seorang manusia.
Bobby Yaser Harahap: Para wanita yg setia
menunggu lelaki yang mecari kupu-kupu yg hanya terbang di malam hari tidak
menyadari bahwa dialah kupu-kupu yg terbang disaat siang maupun malam.
Fauzan: Pada akhirnya kusadari terlalu jauh
kumeratapi bulan dan bintang, apalagi bambunya. Aku berpaling pada dirimu, si
putih yang dapat merasuki tubuh ini.... Rokok!!
Elsa aprilliya: Bukankah indah? Mengetahui
ketegaran & kesetiaan sang bambu pada sejoli itu tanpa merenggut sedikitpun
kebahagiaan dr mereka
Bobby Yaser Harahap: Terkutuklah sang burung
camar yg hanya bergembira melihat bambu yg gagah berani itu
Faisal Nugraha: Siputih pun berkata,apakah
aku sangat kau perlukan untuk kenyamanan mu hingga kau selalu menghisap batang
ku yang bisa habis terbakar
Bobby Yaser Harahap: Bukankah indah jika ada
manusia yang mengambil bambu itu kembali dan menancapkan nya dihalaman rumahnya
Faisal Nugraha: Teganya sebuah bambu yang
menancap iya yang tak berdosa,peduli kah dia dengan rasa sakit yg ada?
Elsa aprilliya: Tidakkah kau sadar, si putih
pun rela kau bakar habis lalu kau buang tanpa peduli lg akan sisa-sisa darinya
Bobby Yaser Harahap: Siputih si penolong
disaat aku gelisah. Siputih si penolong disaat aku nan diambil yang kuasa.
Faisal Nugraha: Dan siputih pun yang membuat
kamu muntah darah pada saat waktu tertentu
Bobby Yaser Harahap: Sadarkah kalian bahwa
burung camar itu bergembira disaat engkau mengharapkan dia untuk kembali dengan
cerita yang lama nan sukar untuk ditulis kembali.
Gergi: Dan siputih yang membuat hidupmu berat
berdosa, dan dilamanya timbullah sepercik kehidupan yang menyongsong hari baru
dari kegelapan
Elsa aprilliya: Apa peduli mereka tentang
cerita lama? Tidakkah mereka tau terkadang cerita bisa menyebabkan luka?
Ajeng: Lihatlah keikhlasan si putih yg begitu
saja kau campakkan & seenaknya saja kau raih saat kau sedang
membutuhkannya.
Bobby Yaser Harahap: Sang putih membawa jiwa
yang kembali dari kegelapan namun mendekatkan kita kepada pencipta dari
kegelapan.
Gergi: Sedikit menolehlah kebelakang tanpa
lupa memandang jalan di depan karena hanya kau dan engkau saja yg dapat
menjalani hidup ini
Elsa aprilliya: Bahkan burung camarpun tak
sadar bahwa bambu rela memberikan kebahagiaan pada bulan&bintang dengan
menahan sakit atas hembusan angin serta terpaan badai
Bobby Yaser Harahap: 'Itu hanya cerita lama.'
ucap sang burung camar. Peduli apa dia dengan dunia yg membawa luka dari masa
yang sudah tidak di tulis kembali.
Fauzan: Aku terdiam, terpaku melihat
rangkaian kata bergulir silih berganti tanpa mengerti makna yang dipatri.
Bobby Yaser Harahap: Tertawalah aku, meratap
kepergian temanku yang meratap tulisan yg sudah luyuh dan sukar ditulis
kembali, walau banyak berharap dia bsa menulis lembaran yang baru.
Gergi: Mencoba memahami kilasan rangkaian
kata2 dari sekumpulan manusian yang silih berganti tanpa tahu tujuan dan makna
yg tersirat
Elsa aprilliya: Cerita lama. Kau tak kan
pernah tau tanpa tertulis kembali cerita lama telah membuka kembali luka yang
mati
Ajeng: Pun cerita lama itulah yg menutup
segalanya dengan luka yg menganga kembali
Rivani Julyana Marie: Aku seperti orang bodoh
yang berada dikeramaian, hanya diam terpaku membisu melihat banyak gelak tawa
yang mengiringi tulisan2 indah ini
Elsa aprilliya: Untuk apa dipahami jika kau
tetap akan tak peduli
Elsa aprilliya: Untuk apa kembali jika nanti
kau tetap akan pergi
Fauzan: Mata sayu terbebani lelahnya hari
yang bergulir, tapi hati berkeras mencari kata berarti mengisi kotak tempat
alunan kata bergulir silih berganti
Bobby Yaser Harahap: Sukar mencari makna
jikalau engkau hanya mengerti 1 dari 1000 arti kata A
Faisal Nugraha: Kamu tahukah betapa
pentingnya bendera negara indonesia itu yang hanya ada 2 warna? Kamu tahukah
betapa pentingnya cinta yang kita bina dari sebuah perkenalan? Bendera
indonesia hanyalah mempunyai warna merah dan putih,seperti cinta kita ini yang
harus kita perjuangkan sampai titik darah terakhir,karena hasil dari sebuah
perjuangan adalah hasil dari kesuksesan cinta yang kita bina yang membuat kita
selalu bersama akan nantinya hingga ajal memisahkan kita
Faisal Nugraha: Kembali untuk bersama
memanglah sebuah kebahagiaan yang mungkin diinginkan,jagalah!
Elsa aprilliya: Kita. Apa yg kau tau soal kita
bukanlah kita. Jika kita milik aku dan kamu, lalu mengapa kau bawa dia dalam
kita?
Ajeng: Pintar-pintarlah memilah mana yg harus
diperjuangkan mana yg tidak, janganlah sampai semua usaha berujung pada
kesia-sia-an, menyakiti yg berjuang, membahagiakan yg diperjuangkan
Bobby Yaser Harahap: Buat apa membina cinta
yang hanya ada kiasa cinta saja. Jikalau engkau hanya mengerti arti dari
sangsaka merah putih tanpa tau arti dari mereka.
Elsa aprilliya: Percikan kata hanyalah sebuah
kata sampai kau menemukan makna sebenarnya
Bobby Yaser Harahap: Buat apa kita hanya
mengerti kata kita tanpa tau kata aku dia dan mereka. Kita hanyalah kita
Elsa aprilliya: Sumpah itu milik pahlawan.
Tidak ada sumpah mencintai sampai mati. Tidaklah berlaku sumpah tidak saling
menyakiti. Karna sumpah itu sendirilah yg akan disakiti sang ingkar.
Fauzan: Aku mencari kamu dan berharap menjadi
kita. tetapi kita berubah ketika negara api menyerang
Bobby Yaser Harahap: Perjuangan hanyalah
sebuah perjuangan, perjuangan tidaklah menjadi sebuah perjuangan tanpa yg
diperjuangkan melihat kita.
Faisal Nugraha: Betapa kau tak sadari betapa
bahagianya kamu dan aku "kita" jika membina semua yang ada untuk
saling melengkapi tanpa ada ke ego an dari diri sendiri.
Elsa aprilliya: Kenapa harus berubah hanya
karna negara api menyerang? Bukankah kekuatan kita harusnya lebih besar untuk
menahan & melawan berbagai serangan dari mereka?
Bobby Yaser Harahap: Ingkar hanya datang
jikalau sumpah itu telah terbujuk oleh sang-ego.
Bobby Yaser Harahap: Kekuatan datang jika
semua element datang, percuma jika 1 element yg datang untuk berjuang.
Ajeng: Mungkin negara api menjanjikan yg
lebih untuk kamu, namun bukan untuk aku.....
Fauzan: Ya kekuatan kita memang lebih besar,
tapi apa daya kalau terbakar. Tetap panas juga.
Bobby Yaser Harahap: Apa gunanya ada air yg
membasahi tubuhmu jika tidak kau gunakan.
Gergi: Maka dari itu disaat semua hancur dan
terbakar harapan pun hilang disat itulah aang datang
Ajeng: Tak mungkin satu element berjuang
tanpa adanya pancingan dari element yg lain
Elsa aprilliya: Kata panas apa yang kau
mengerti? Panas karna terbakar api atau panas melihat kau pergi bersama sang
pujaan hati?
Faisal Nugraha: Seperti takdir yang selalu
memisahkan antara kau dan aku..apa daya? Mengikhlaskan sesuatu sangatlah sulit
tetapi dibalik itu ada emas yang akan membahagiakan kita karna sang pencipta
memiliki segudang cerita yang tak kita ketahui
Bobby Yaser Harahap: Kita takan mengerti
maksud tujuan element itu datang untuk apa hanyalah Dia yg tau.
Faisal Nugraha: Elemen adalah butiran2 bubuk
mungkin berwarna coklat atau putih yang bisa menguatkan sebuah pemuda jantan
Bobby Yaser Harahap: Mungkin panas melihat
sang merpati putih itu pergi lebih panas dari pada sang api yg telah melahap
badan ini.
Fauzan: Tidak-tidak, negara api bisalah
merajai kekuatan besar dengan element nya, tetapi roda berputar!
Bobby Yaser Harahap: Bodohnya engkau jika
tidak bsa menggunakan element tersebut seperti negara ini yg tidak bsa
mengelola sumber-sumber mata pencahariannya.
Fauzan: Kumemilih menjadi sepi, bukan api
atau air. Tetapi sepi. Nilai yang selalu dicari dan akhir dari kegelimangan
Ajeng: Element datang bersama tujuan, tujuan
untuk berjuang bersama element yg lain atau hanya ingin singgah lalu pergi lagi
Faisal Nugraha: Kesepian membuat ketenangan
hati sejenak reda,tetapi setelah nya dia akan membuat kamu merasa bosan hingga
akhir hayat
Elsa aprilliya: Sudahkan kau berteman dengan
sepi? Apakan sepi itu menyenangkan? Maukah kau memberitahuku bagaimana cara
menikmati sepi? Karna sepi itu selalu hadir sejak kau pergi. Dan aku masih
tidak bisa menikmati
Rivani Julyana Marie: Akankah ada yg menolong
gadis yg berdiri layaknya org bodoh ini ditengah keramaian ini? Untuk
memberikan sebuah arti dari semua perbedaan pendapat ini?
Bobby Yaser Harahap: Sepi hanya salah sebuah
kata nan 1000 arti, sepi itu akan datang jikalau engkau terus menikmati
element-element tersebut
Elsa aprilliya: Lebih baik terdiam dan tak
mengerti daripada kau datang&tetap tak mengerti. Bosan akan datang, lalu
kau pergi. Dan 'dia' tetap akan sendiri menatap kau pergi
Fauzan: Gembel memang susah ditebak, kadang
ia menyendiri, duduk sepi terbujur kaku didepan toko yang udah tutup, kadang
numpang diemperan teras sebuah istana
Faisal Nugraha: Sebuah senyuman yang terlihat
dari seorang gadis cantik yang diciptakan oleh tuhan untuknya yang indah akan
dipandang,sebuah kesenangan tersendiri yang membuat nya dia tersenyum lepas
tanpa beban,paksaan dan kegelisahan yang ada..
Elsa aprilliya: Gembel bukan hanya sebuah
kata untuk menggambarkan seorang yg berpakaian compang camping dan tak punya
arah. Gembel lah kamu yang msh tidak menyadari pentingnya dia yang selama ini
menemani tapi tetap kau khianati
Faisal Nugraha: Malam yang indah bagi suatu
kelompok kecil dari pelosok bumi yang penuh arti dalam hati yang terurai
Fauzan: Sekelompok keluarga dajjal yang
berusaha sukses
Faisal
Nugraha: Berusaha sukses untuk kelayakan hidup bersama dengan yang dicintai dan
kebahagiaan yang selalu ada
Elsa aprilliya: 'Terhentikah sudah kicauan
yang sedari tadi membisingkan telingaku?' Ucap sang burung camar yang tertawa
menyadari mereka yang diam karna lelah atau karna kalah
Elsa aprilliya: Percikan kata ini hanya
untaian fiktif belaka. Jika ada kesamaan cerita itu merupakan ketidaksengajaan
Kamis, 02 Mei 2013
Bagaimana Jika...
"Apa kamu siap mendengar beberapa kata itu terucap dari bibirnya namun bukan untukmu?"
Saya belum siap, jujur, mungkin tidak siap. Kata-kata yang saya harapkan tertuju lurus untuk saya, nyatanya justru berlawanan arah. Entah rasa apa yang saat ini bergantungan di hati saya ketika tahu kata-kata itu tidak akan pernah menjadi milik saya. Entah apa hati ini masih menginginkannya setelah sadar kata-kata itu sudah pergi jauh.
Mungkin kamu tidak sadar atau memang sengaja melupakan. Saat bibir mungilmu menyentuh bibirku perlahan demi perlahan. Saat kedua mata mulai tertutup pelan, dan hati mulai merasakan. Perasaan senang juga takut, namun tetap diteruskan. Rasanya tak ingin berakhir, begitu indah namun kelam. Setelah satu lagu berakhir dan suara penyiar mulai terdengar dari radio tape-mu, bibir kita saling berjauhan dan mata akhirnya terbuka perlahan, kita terdiam. Memandang lurus kearah jalanan, bukan saling tatap dan ucapkan kata-kata sayang. Di dalam kesunyian, hati dan pikiran terus bertengkar. Penyesalan datang membuat tak tenang. 'Kenapa harus terdiam?' Itu pikiran saya untuk hati, bukan untuk dia yang juga duduk terdiam disamping saya. Saya tidak akan lagi membiarkan situasi seperti ini terus terjadi. Tidak boleh ada lagi pertanyaan yang menghantui hari demi hari.
"Akan sampai kapan seperti ini?" Akhirnya satu kalimat keluar dari bibir memecah kesunyian dan berhasil membuatnya menoleh kearah saya. Yang saya inginkan bukan seperti ini, bercumbu tanpa tahu perasaannya sama sekali. Saya mencintainya. Jelas dia pun pasti tahu. Tapi dia? Entah dia memikirkan saya setiap saat atau tidak. Rasanya terlalu lelah terus memikirkan perasaannya. Ingin menyerah saja dan melupakan semuanya. Tapi kita bukan sedang membicarakan membuang setumpuk kotoran ke dalam tong sampah, jelas tidak semudah itu.
"Bukan sekarang saatnya." Katanya tersenyum. Seolah mengerti tujuan pertanyaan saya. Dan sekali lagi mendaratkan bibir mungilnya dikening saya. Lalu menarik tubuh saya kedalam pelukannya. Lama, terlalu lama sehingga saya dapat merasakan pupil mata saya memanas dan beberapa cairan dari mata turun perlahan. Terlalu nyaman untuk dilepaskan. Saya ingin merasakan seperti ini setiap saat, dengan kata-kata manja dan penuh kasih sayang. Tapi 'bukan sekarang saatnya' katanya. Mungkin nanti, ketika dia siap untuk tidak menyakiti hati.
Tapi apa yang saya saksikan pagi ini? Kata-kata yang saya harapkan keluar dari nya untuk saya, akhirnya terlontarkan, namun untuk orang lain. Seorang wanita yang saya kenal dari cerita-ceritanya. Wanita yang sesuai dengan impiannya. Apa ini maksud dari 'Bukan sekarang saatnya.' Karena ini saat untuk wanita itu, bukan untuk saya. Lalu kapan saatnya tiba? Bagaimana jika pada saat itu rasa ini sudah tiada? Bagaimana jika suatu saat itu tidak pernah ada?
Rabu, 18 Juli 2012
Why we need someone...
Pacaran itu bukan prioritas utama buat gua. Kenapa? Karena kita bisa nemuin yang namanya kasih sayang dimana aja, gak cuma dari pacar. Sahabat misalnya. Justru buat gua sahabat itu adalah segala-galanya. Kadang gua malah lebih mentingin ketemu sama sahabat-sahabat gua daripada pacar. Kadang sih, gak selalu.
Gua selalu marah sama temen gua yang kerjaannya ngeluh mulu karena jomblo lama. Yaelah, kenapa harus ngeluh sih karena gak punya pacar. Lo masih muda gitu, banyakin temen biar kalo lo mati nanti banyak juga yang inget sama lo. Gak punya pacar aja hebohnya kaya kemalingan emas satu peti. Nanti kalo udah punya pacar yang posesif, ngeluh juga karena gak ada waktu buat jalan sama temen-temen. Kan gak semua orang bisa ngebebasin pacarnya buat jalan sendirian. Mereka juga pasti ada rasa takut lah kalo aja lo pada bohong bukan jalan sama temen, tapi malah jalan sama temen mesra. Nah, itu yang bikin sifat posesif mereka keluar (terutama cewek).
Tapi sekarang kayanya gua kemakan omongan. Setelah ditinggal sama orang tersayang enam bulan lalu untuk selamanya, sekarang gua bener-bener ngerasa sendiri dan kesepian. Punya banyak sahabat gak cukup buat bikin gua gak sendiri. Saat sama mereka gua ngerasa bebas, gak perlu ngerasain yang namanya kesepian. Tapi disaat gak sama mereka, gua lagi-lagi harus kejebak didalam kesendirian. Everyone has their own bussiness, right? Jadi gak setiap hari juga mereka bisa nemenin gua, dan gua gak bisa maksa mereka buat nemenin gua.
Itulah kenapa gua bilang gua kemakan omongan sendiri. Kayanya sekarang gua udah harus buka hati buat orang lain. Gua butuh seseorang yang bisa nemenin gua setiap hari, ngusir semua kesendirian dalam hidup gua, berbagi banyak cerita, ngabisin waktu berdua. Padahal tadinya gua sempet berfikir buat jomblo seumur hidup karena frustasi, tapi kayanya gak jadi deh. Gua capek sendirian, bahkan kayanya gua udah lupa gimana rasanya diperhatiin sama orang yang spesial (oke, yang ini berlebihan).
Gua sempet berfikir buat minta cariin pacar sama temen-temen gua, tapi kayanya gak perlu juga. Gua bukan orang yang gampang suka atau jatuh cinta sama orang baru. Biasanya perasaan akan muncul kalo gua udah ngerasa nyaman banget, dan itu butuh waktu yang lama. Jadi kayanya gua harus nunggu aja. Bukannya Tuhan udah nyiptain pasangan buat kita. Kalo gak sekarang, ya berarti nanti. Just wait and see, I'll find my prince, someday. :-)
Langganan:
Postingan (Atom)